Oleh. Indra KH *
Kehadiran teknologi telepon selular generasi ketiga (3G) memberi peluang untuk mewujudkan impian-impian masa lalu terkait cara berkomunikasi. Kita sebelumnya mungkin belum pernah membayangkan dapat berkomunikasi dengan seseorang yang terpisah jarak namun bisa merasakan seakan-akan dia hadir dekat dengan kita. Hal itu bisa terasa karena selain bisa mendengar suaranya juga bisa melihat wajah lawan bicara di layar ponsel.
Penulis menjadi ingat kepada pelawak legendaris Srimulat di era 80-an Alm. Gepeng. Saat itu, bila dia memerankan adegan menelpon seseorang, Gepeng kerap beraksi dengan memperlihatkan gagang pesawat teleponnya itu ke sekelilingnya, seolah-olah lawan bicaranya bisa melihat aktivitas yang Gepeng lakukan dan situasi di sekelingnya.
Mungkin pada waktu itu para penonton pun berpikir adegan Gepeng tersebut hanyalah guyonan dan dagelan belaka yang sulit untuk diwujudkan. Namun kini perkembangan teknologi telekomunikasi berkembang kian pesat dan memungkinkan untuk mewujudkan hal itu.
Di era 1978 generasi pertama telepon bergerak yang menggunakan teknologi analog seperti AMPS (Advance Mobile Phone Service), Total Access Communications System (TACS) dan Nordic Mobile Telephone (NMT) mulai diperkenalkan.
Teknologi mobile kemudian terus berkembang dengan hadirnya teknologi telepon selular generasi kedua (2G) lewat GSM (Global System for Mobile Communications) dan CDMA (Code Division Multiple Access). Keduanya memberikan layanan selangkah lebih maju dengan teknologi digital yang dimiliki dan kemampuannya mentransfer data.
Kehadiran 2G kemudian diikuti oleh teknologi GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhance Data rates for GSM Evolution) yang memiliki kecepatan pengiriman data lebih baik.
Belakangan muncul teknologi telepon selular generasi ketiga (3G) yang mampu mentransfer suara, data dan gambar dalam kecepatan tinggi, hingga 2 Mbps (megabyte per second).
Terlepas dari sisi biaya yang belum diketahui besarnya dan berbagai aspek kesiapan masyarakat dalam implementasi layanan 3G, kemampuan yang dimiliki teknologi ini tentunya diharapkan mampu memberikan lebih banyak kemudahan dan efektivitas untuk berbagai sisi kehidupan masyarakat Indonesia.
Namun demikian seperti kita pahami, setiap hal baru yang masuk ke masyarakat pasti membawa dampak atau perubahan sosial. Tak terkecuali dengan 3G. Keberadaannya di tanah air sudah barang tentu akan memberikan banyak implikasi di berbagai sektor kehidupan.
Bidang Pendidikan
Seperti kita ketahui, kondisi pendidikan kita hingga kini masih belum menggembirakan, kalau tidak mau disebut terpuruk. Berdasarkan catatan UNDP misalnya, pendidikan Indonesia ternyata berada pada peringkat 117 dari 175 negara di dunia. Padahal negeri Jiran Malaysia, jauh melesat di urutan 58.
Bila kita cermati salah satu masalah pendidikan kita adalah kendala akses ke sumber informasi. Masih mahalnya harga buku-buku, ditambah keenganan sebagian besar masyarakat kita melangkah ke toko-toko buku dan perpustakaan diiringi masih ribetnya mencari informasi di perpustakaan konvensional ditenggarai menjadi penyebab hal tersebut.
Selain internet, kehadiran 3G tentunya diharapkan dapat memberi alternatif solusi permasalahan akses ke sumber informasi ini. Contohnya, para pengguna ataupun pelanggan layanan ini ke depan akan memungkinkan untuk memilih berbagai e-book yang ditawarkan oleh berbagai content provider di manapun ia berada, selama lokasinya dalam jangkauan jaringan operator.
Bagi para penerbit pun, teknologi ini akan mengurangi cost, karena mereka tidak usah mengeluarkan ongkos cetak dan biaya distribusi, karena buku mereka dikemas secara digital dan didistribusikan lewat content provider.
Tak hanya e-book, kanal 3G ini pun bisa dimanfaatkan untuk pendistribusian file audio maupun video bermuatan edukasi. Ke depan bukan tidak mungkin para pemain content membidik para ilmuwan maupun pakar nasional atau internasional untuk menjadi nara sumber layanan mereka, sehingga masyarakat bebas memilih jenis informasi dari nara sumber yang mereka inginkan.
Para pengelola konten pun bisa memanfaatkan teknologi ini untuk program-program kursus singkat. Adapun untuk kepentingan konsultasi ataupun media interaktif bersama nara sumber, mereka bisa memanfatkan fasilitas video call maupun video conference.
Kendati begitu, bagi dunia akademisi maupun sekolah, kehadiran teknologi 3G ini berpotensi juga menimbulkan dampak negatif. Bila tidak diantisipasi, para siswa yang selama ini gemar menyontek dengan memanfaatkan fasilitas sms, boleh jadi di masa depan cukup memperlihatkan lembar jawaban kepada temannya via kamera handset 3G. Bahkan para joki ujian masuk perguruan tinggi bersama timnya pun berpotensi memanfaatkan teknologi ini untuk memuluskan langkah mereka.
Media dan Hiburan
Salah satu aspek yang akan berubah dengan kehadiran 3G adalah media dan hiburan. Sebagaimana kita tahu, sebagian besar masyarakat kita adalah tipikal watching society. Hal ini terlihat dari kurangnya minat baca di negeri ini. Mereka cenderung lebih menyukai tontonan bukan bacaan. Kenyataan ini tentu akan dimanfaatkan oleh para pelaku bisnis media maupun hiburan dalam memaksimalkan potensi yang dimiliki 3G.
Jaringan 3G yang memiliki bandwidth besar untuk lalu lintas data akan sangat memungkinkan bagi operator untuk menyediakan konten-konten berkapasitas besar, seperti konten-konten media dan hiburan sebagai salah satu layanan. Berbagai klip musik maupun MP3 diyakini akan membanjiri layanan 3G. Hal ini bahkan sudah dimulai dengan kehadiran fasilitas Ring Back Tone maupun Video Ring Tone saat ini.
Selain memungkinkan untuk melakukan download file-file audio/video on demand, kehadiran 3G juga akan memungkinkan para penggunanya untuk menikmati radio streaming maupun mobile TV, termasuk sinetron, seperti yang sudah diaplikasikan di negara tetangga Singapura lewat operator MobileOne Ltd.
Bagi para jurnalis televisi, kehadiran 3G diharapkan akan membantu peliputan mereka. Karena lewat video call mereka bisa secepatnya melaporkan sebuah peristiwa ke kantor redaksi untuk ditayangkan segera.
Tak hanya TV dan Radio, media cetak pun bisa saja akan semakin banyak yang beralih ke media online, untuk membidik pasar ini. Para pelaku bisnis koran/ majalah tentunya harus berkompetisi dalam menyuguhkan berita maupun informasi yang aktual jika ingin konten mereka dipilih pelanggan.
Bisnis dan Usaha
Bagi para pebisnis dari kalangan sosial ekonomi status tinggi (A, B), kehadiran 3G tentu akan semakin memudahkan mereka dalam mengambil keputusan. Pergerakan indeks saham maupun kurs dan didukung informasi dari pers yang bisa dipantau oleh mereka dari manapun akan membuat simpel pekerjaan mereka.
Pun begitu dalam membaca peluang bisnis atau memutuskan sebuah penawaran kerjasama. Para pengusaha tak perlu beranjak dari kursi mereka untuk melihat sebuah penawaran barang/ jasa dari sebuah perusahaan. Mereka cukup melihat barang yang ditawarkan lewat video call, atau minta dikirim detail via email.
Untuk kepentingan koordinasi pimpinan antar cabang, kalangan eksekutif perusahaan juga dapat memanfaatkan video conference, sehingga masing-masing individu dapat lebih mengefisiensikan waktunya. Mereka tak perlu berduyun-duyun pergi ke kantor pusat untuk sekedar koordinasi yang tidak mendesak.
Gaya Hidup
Teknologi telepon selular generasi ke-tiga ini juga akan banyak memberi implikasi bagi gaya hidup masyarakat Indonesia. Ada kecenderungan di awal-awal kehadirannya 3G akan menjadi indikator pendongkrak status sosial bagi penggunanya.
Bagi masyarakat kota metropolitan yang sudah akrab dengan kemacetan, kehadiran jaringan 3G akan membantu mereka untuk memilih jalan-jalan alternatif yang sedikit bebas macet. Hal itu terjadi karena operator lewat content provider bisa memberikan layanan video real time yang menayangkan situasi di jalan-jalan protokol.
Bagi sebagian orang, layanan seperti itu mungkin tidak terlalu aneh, karena sudah diberikan oleh salah satu operator di tanah air. Namun operator telekomunikasi dapat memberinya nilai tambah dengan menempatkan semacam line call center yang bisa membantu masyarakat mendapatkan saran jalan yang bebas macet. Yang menarik, bila selama ini kita hanya bisa mendengar suara saja di layanan call center seperti itu, ke depan tentunya kita pun bisa melihat wajah petugas layanan tersebut di layar ponsel .
Bagi remaja maupun para games mania, ke depan mereka akan lebih leluasa bermain game online, tak hanya lewat internet namun juga lewat ponsel, karena jaringan 3G memungkinkan untuk itu. Pun begitu bagi para peminat komik, mereka bisa mendapatkan komik dengan gambar berkualitas lewat layanan 3G.
Di bulan Ramadhan seperti sekarang ini, penulis jadi ingat fenomena saling berkirim pesan idul fitri. Bila sebelumnya masyarakat kita terbiasa berkirim kartu lebaran, namun setelah kehadiran ponsel semakin marak kebiasaan tersebut berangsur-angsur berubah menjadi saling mengirim ucapan lewat pesan singkat sms. Ke depan setelah hadirnya jaringan 3G kebiasaan masyarakat bukan tidak mungkin akan kembali berubah. Pesan Lebaran akan dikirimkan lewat format video, sehingga kreatifitasnya semakin beragam, atau mengucapkan secara real time via layanan video call.
Hadirnya 3G juga kemungkinan akan bisa mengubah secara perlahan-lahan kebiasaan cara menggunakan ponsel, yang tadinya menempel di telinga menjadi berbicara dengan menatap layar.
Kendati begitu, kehadiran 3G juga berpotensi memberikan ekses negatif terhadap gaya hidup, terutama bagi masyarakat perkotaan. Lewat layanan chat di jaringan 3G misalnya, para pelaku bisnis esek-esek perorangan ini akan lebih bebas bertransaksi dan berpromosi. Mereka bisa saja rela mempertontonkan tubuhnya lewat video call setelah meminta transfer dana kepada peminatnya terlebih dahulu.
Faktor Penentu Kesuksesan 3G
Kesuksesan 3G di tanah air hingga kini memang masih menjadi tanda tanya, apakah kehadirannya akan menuai sukses seperti yang terjadi di Jepang dan Korea Selatan, atau merugi seperti di kawasan Eropa. Terlebih teknologi High Speed Packet Access (HSPA) dan Evolution Data Optimized (EVDO) kini tengah dikaji sebagai penerus generasi ke tiga.
Berbagai elemen tentunya saling berkaitan untuk menyukseskan 3G, diantaranya komunikasi ke masyarakat, ketersediaan handset, harga koneksi dan konten, dan ketangguhan jaringan dan faktor eksternal lainnya.
Menurut pengamat media Ade Armando, tingkat kesejahteraan, pola aktivitas di luar ruang, penggunaan sarana transportasi, kecenderungan ikatan sosial, pola konsumsi media lain, kebutuhan akan hiburan, serta kepemilikan layanan dan perangkat 3G yang bagi sebagian orang bisa menjadi indikator pendongkrak status sosial juga menjadi faktor penentu.
Lalu mampukah 3G menuai sukses di tanah air ? Mari kita tunggu saja. (indra kh)***